Rabu, Juli 22, 2009

Yak! I'm back from HeLL !!

Oke, back again. Dan sesungguhnya sodara-sodara, saya tidak menghilang dan di telanjangi kemudian disuruh tari striptis di depan adek-adek kelas satu. Sungguh, itu hanya gosip yang beredar dari isapan jempol belaka.
Yup, Quw ngalamin hiatus selama hampir 5 bulan (lagi). Dan sepertinya, itu merupakan sebuah hal yang lebih penting. Bukan karena aku sengaja meningglkan kalian readers, oh sungguh, sebenarnya, jika aku ada waktu aku akan update post lagi kok, suwer dah. InsyaAllah, jika ada waktu (dan biasanya kalo gurunya gak rese, pasti ada waktu) Quw bakal nulis lagi. Yah, semoga terlaksana. Amin.
Oke, recap tentang what happen in this week !

1. Ada murid baru berdatangan, dengan keringat dan yang paling penting, PANIK!!
Yup, GVT memang menggema di kuping kami sampai sekarang. Teriakan mas Ilyas, sang komandan pleton dari PELETON 2 GVT 2008 isih mak nguing-nguing. Tapi apa boleh buat. Generasi Teladan semakin menurun. Dalam hal moral, tentunya. Maka dari itu, GVT dibuat dari Teladan untuk Teladan. Agar mereka beradaptasi dengan kita. Agar mereka tau siapa kita. Agar mereka tahu, buat apa kita melatih mereka. Oiya, sedikit meng-quote dari temen-temen, katanya anak SMA 1 yang cewek jadi gak cantik. Yah...kualitas muka emang gak terlalu penting. Kalo kata temen sih, yang penting itu KECANTIKAN HATI SANG PEMILIK. Mbuh, pemilik opo.

2. Gua jadi panitia GVT dan alhamdulillah, GUA BUKAN PANSUS!!
Ya, Quw bersyukur bukan pansus. Kenapa? Bukannya yang memegang peranan GVT itu pansus? Yang memegang teguh amanat GVT itu pansus? Yang membuat bibit Teladan yang hebat dan merubah sifat adek-adek itu pansus? Ya, emang gitu. Tapi jadi gak lucu aja kan? Jujur, Quw jadi mahluk paling eksotis di SIGMA...kru Jurnalis SMAN 1 ini. Wong waktu istirahat aja pake-pake topi yang biasa dibuat topeng-topengan buat nutupin muka sama teroris, gimana mau ngajarin adek kelas jadi bener? Mau ngajarin cara muterin tiang yang baik dan benar ala fil-film india dan lengkap dengan suara mereka yang lebih mirip onta minta kawin itu? Ya gak mungkinlah. Dan tentu saja, alasan mereka gak memelih Quw dan menjadikan Quw sie Publikasi-Dokumentasi adalah...karena mata hati mereka bisa memilih yang baik. Itu saja. Lagipula, nanti kalo gua jadi pansus, bisa jadi gini nih :
A : Eh, itu si D kenapa sih? Kok dia suka tereak-tereak sendiri?
B : Gak tau, tapi mas pansusnya kan si Andika...
Yak, selain Quw gak mau menjelekkan nama sekolah Quw beserta Quw-nya, Quw emang gak dipilih jadi pansus. Dan disamping itu, takutnya anak kelas satu pada masuk RSJ Pakem ruang Gracia. Nama ruangnya bagus yah? Tapi sayangnya itu tempat buat nempatin orang-orang tak berotak. Maksudku, tak berpikiran. Yah sama aja kan? Toh, orang kalo gak pake otak juga gak mikir...emang ada yang mikir gak pake otak?

3. Dan sepertinya sie PUBDOK adalah hebat dan gila...secara bersamaan...
Waktu itu Quw baru mengamati para peserta yang di BL (Black List) gara-gara tugasnya salah atau something like that. Pas baru asik-asiknya foto-foto. Quw duduk, matiin kamera. Saat itu Quw di suatu ruangan tempat biasanya Quw mikir sesuatu bareng mas Danang, sang Kerani (Sekre) BPH SCOUT. Di dalem ruangan itu bukan cuma Quw, tapi ada Reno sang koor Pubdok dan Reza, sang anggota yang bisa dihitung separo-separo. Gua gak akan jelasin alasannya kenapa, ini cuma perspektif Quw doang. Tiba-tiba, langit mendung, bumi gonjang-ganjing dan seluruh panitia GVT beserta pesertanya hilang terbawa angin sepoi-sepoi. YA GAK LAH. Tiba-tiba dengan gobloknya dan idiotnya, FLASH kamera saya menyala. Jann mak cepret njuk mak KLAP! Sejenak, suara di ruang SCOUT itu jadi hening. Reza merunduk sembunyi sambil membisu dan kaget, sementara saya masih syok. Dan Reno? oh, reno emang diem terus, dia baca Bobo. Dan sedetik kemudian. Quw sama Reza sibuk dengan kegiatan kami. Nahan ketawa. Gak tau deh, yang laen liat plus ngerasa apa gak. Yang jelas, mereka (para panitia dan peserta yang ada di lapangan basket) pada melihat ke arah atap. Mencurigai Adhang yang sedang meratapi nasib kakinya yang lecet. Yah, dengan terpaksa, saya turun. Hadap serong kiri. Dan Push-up satu seri. Sungguh berkah dan rahmat dari Allah SWT saya masih bisa pegang kamera dengan baik setalah seri. Huff.

Yak, mungkin segitu dulu. Actually, ada banyak yang mau Quw ceritain, tapi maklum, capek buangett...we'll meet again...next week (perhaps?)...oke readers! See you! Off we go!

Sabtu, Maret 21, 2009

I'M BACK TO WRITE AGAIN..told you so..

Well,
Quw masih idup dan bernafas dengan bantuan botol aqua..(nyambung kemana euy?)
Gua belon dan tidak akan mati dulu sebelum Quw dapet 100 di ulangan Fisika.
Masih belom ada yang nemuin batu nisan Quw kan? That’s a relief..fuhh..
Quw nyempetin ke warnet buat posting karena emang ada yang nyuruh posting..well, selama ini Quw ngalamin hiatus. Saat dimana orang tersebut bener-bener gak pengen diganggu dan bener-bener senep sama nulis..sialnya, Quw keterusan, dan parahnya sampe sekarang juga...emmm...gak krasa. So back again.
Rutinitas Quw masih sama, masih suka rapat. Yahh, kalo gak rapat, bisa dianggap gak normal di SMA Teladan. Teladan identik dengan RAPAT. Kayak cara nutup obat, tutuplah obat dengan RAPAT. Asem.
Well, the good thing is..I’ll be back..ahahaha...aduh keselek biji duren...
Gimana kalo Quw jadi serius?? That’s a big question mark you have, Kalo Quw jadi serius..ya gini..

" Waktu berjalan seolah tak pernah mengenal waktu itu sendiri. Kadang kita merasa, waktu cukup lambat untuk menjadi cepat, dan cukup cepat untuk menjadi lambat. Kita tak mengenal waktu. Atau para leluhur kita memang tidak berniat untuk mengenalkannya pada kita. Bahkan waktu bagai sesuatu yang merajam kita di pundak kita. Sakit bukan? Menusuk-nusuk kita perlahan, namun targetnya sudah diprogram secara pasti untuk membunuh kita. Kapanpun. Tiap-tiap luka yang ia torehkan adalah kejahatan dalam hati kita masing-masing. Kejahatan waktu. Atau apapun itu namanya. Kita takkan pernah menang bertanding dengan waktu, kecuali jika hidup ini layaknya Heroes dimana terdapat sang Hiro Nakamura, si penembus waktu.
Kita sebenanarnya hidup di dunia mimpi. Tanpa tahu kelanjutan dari mimpi itu sendiri. Apa itu mimpi, dan beberapa pertanyaan konyol lain seputar mimpi, relativitas, kehidupan, kenyataan dan makan siang kurang bergizi yang biasa kita makan. Dan mungkin, dengan bepikir tentang itu terlalu jauh, cukup tepat dan tajam untuk langsung membunuh kita dalam hitungan tahun. Kecuali, jika dia adalah jelmaan siluman universitas dengan kacamata setebal buku-buku perpustakaan mengenai teori-teori lanjutan. Yah, apapun itu. Tapi percayalah, orang-orang seperti mereka bukanlah generasi kutubuku yang tidak percaya akan mimpi. Mereka mempercayai mimpi mereka. Ya, sebagai kutubuku itu tadi.
Kita memang tidak pernah menjadi terlalu bijak. Orang bijak hanya muncul sekali dalam diri kita. Menceritakan mimpi-mimpi yang dia peroleh dari setetes embun yang dia temukan pada suatu pagi dengan matahari di ufuk timur. Indahnya nyanyian angin yang berhembus dari seluk batang-batang pohon dan daun-daun yang sibuk menampung tiap-tiap embun yang jatuh. Juga kicauan burung-burung yang suaranya selembut kasih sayang seorang ibu. Hangatnya mentari msngingatkanku akan masa ketika kita masih terpeluk mesra diantara tangan-tangan ibu. Tangan itu hangat. Entah kenapa, melebihi hangatnya heater yang melindungiku dari hujaman udara musim dingin yang mencekram tubuhku erat. Ibu, tokoh yang paling berperan dalam sandiwara hidup kita di dunia. Mimpi para ibu itu hanyalah melihat kita untuk tetap berlari menggapai sesuatu yang indah di pucuk pagi. Harapan itu, ada. Mimpi yang mereka panjatkan dalam doa dan tangis di malam-malam itu pasti tercapai, hanya saja tinggal kita yang akan menggapainya atau tidak. Dan untuk sekarang, aku lebih baik membiarkan mimpi itu untuk menari-nari indah bersama tiap-tiap mimpi baru yang berada di tempat yang nun jauh di sana. Aku masih mempunyai urusan yang belum aku selesaikan dalam kepastian mata, hati, jiwa dan ragaku."

Aneh kan?? so, jangan harapkan andika yang gila ini menulis seperti itu lagi...I'm kepepet with that...