Selasa, Desember 06, 2011

Semalam

Terlalu simpel dilalui.

Kulalui sebuah lingkaran di depan kampusku. Sekali. Dua kali. Kali ketiga kuputari lingkaran itu, tanpa arah. Kemudian ada seseorang yang berteriak di samping jalan.

"Mas! Minggir!"

Suara itu begitu bising, kebapakan tapi belum bisa disebut tua. Menyegarkan tapi bukan segelas es jeruk.

Hal terakhir yang ku tahu adalah ketika sapaannya melepaskan jiwa yang mengontrol raga. Serasa diguyur air dingin langsung dari kulkas rumahan milik ibumu, tanpa kau perdulikan air yang mengalir, menjelaga ditangkupan tanganmu.

"Anda begitu beruntung, Mas", senyumnya terkembang. "Dirinya begitu indah, jangan dilukai ya."

Pertanyaanku mengembang lebih cepat dari yang kuinginkan, mataku melirik seseorang yang sedang duduk di belakangku, di boncengan. Kutemukan matahari di sana, di matanya yang berbinar-binar. Kepalanya ia sembunyikan pada tudung jaket abu-abu bercorak merah.

Kutiupi tangkupan tanganku sendiri. Mengisyaratkan ketidakmampuan otakku menerima segala hal begitu aneh, begitu cepat, begitu masif.

Namun begitu positif.

Bapak itu berlalu, meninggalkanku. Meninggalkan lampu kota yang mendadak temaram lalu menggelap. Meninggalkan diriku yang berkaca pada kesendirian, pada diam. Suasana yang tentram, dengan pekatnya kegelapan yang menjilat jalan aspal, kesunyian, kerapuhan dan bunyi weker.

Tunggu, bunyi weker?

Kubuka mata, kupukulkan diri pada kenyataan. Kulihat sesuatu yang meraung-raung. Kusentuh dia dengan lembut. Kupandangi tanganku yang memutih, kekurangan darah merah. 

"Aaaa, tertidur ternyata..."

Tidurku dalam posisi terduduk, memangku sebuah handphone bercorak merah-biru. Memangku sebuah harapan.
Ada tiga buah pesan singkat bertengger di sana, menunggu untuk dibuka.
Dari tiga orang yang sama dengan kata awal yang sama, namaku. :)

Senyumku merekah. Senyum yang biasanya terpicu oleh senyumnya.

Alhamdulillah, kupu-kupu di perutnya tak lagi berterbangan. Kupu-kupu itu membuatnya terduduk, terkunci dalam diam. Namun, ia tetap tertawa, ia menghiburku..

Mataku belum terbuka sepenuhnya, nyawaku masih belum menancap raga. Suatu hal yang kuyakini pagi itu adalah...

Ia begitu mengkhawatirkanku, sebagaimana aku mengkhawatirkannya.

:D

Senin, November 14, 2011

Teriak!

UTS udah seleseeeeeee......!

#bukannya dari kemaren, Ndik?

Iyasih, telat emang, tapi entah kenapa, semangat UTS kayak masih ngganjel, masih pengen balas dendam sama Dasar-Dasar Manajemen, gara-gara yang diharapkan tidak selaras dengan kenyataan (kalo di kuliahnya sendiri, keadaan kayak gitu dinamain "masalah", ada kegalauan diantara hal yang ada dan impiannya, emang, emang harus ada galau di situ..dosennya yang galau..muahahah  :D ), masih kelewat seneng sama soal-soal yang kimia yang menantang, yang bikin nervous bangeeeeettt gara-gara kepikiran pernyataannya Pak Utoro (dosennya) yang bilang, "Kalau ada sebuah pernyataan yang tidak menjawab pertanyaan saya, tidak akan saya nilai!"

Euh! Masih merinding euy!

Dan seketika itu pula semuanya bergemuruh, ada teriakan anak muda yang melolong di tengah timbunan persamaan gas punya Pak Utoro...

...oke, ternyata malah lebay jadinya.

Salah satu efek samping UTS adalah dampaknya buat kamar. Hampir selama tiga minggu, kamarku kayak....kapal pecah.

Kapal pecah, ketabrak truk, keangkut pesawat, terjun payung, ketancep piramid, ketendang sphinx, terjerumus air terjun Niagara, dirubung semut, dibanting sama pegulat, kena banjir bandang, keserempet motor, kelewatan pawai, kerubuhan gajah, kena angin topan dan terakhir buat belajar UTS sama orang paling semrawut sepanjang masa.
Ya jadi gini deh.
Tempat kejadian perkara
Salah satu tersangka
Udah kayak sarang laba-laba


Oiya, belum lama ini Hari Pahlawan, sebuah hari yang membuat kita mengenang atau setidaknya mendoakan agar keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan keselamatan, terhindar dari kekurangan dan dimuliakan di mata Allah SWT.
:D

Tanggal 10, pagi hari, matahari baru panas-panasnya menyengat kulit, tega ya matahari tuh? Aku mampir di rumah temen ibuk di daerah Pathuk, beliin pesenan temen, buat oleh-oleh pas mudik katanya. Seketika itu, liat kejadian. Liat anak-anak kecil lari-lari, kear-kejaran.

Ternyata mereka main perang-perangan.

"dor!" "dor!" "DUORR!", yang pake baju merah putih nembak gitu.

"dreddreddreddrederedererererererrrdedredrdrerd" ---> ini suara tembakan apa orang keselek biji salak, Dik?
temennya yang pake baju ala tentara amrik nembak jugak.

Eh, yang baju merah-putih protes, "Kok kamu gak mati?"
"Aku kan pasukan khusus, elit, kamu kan cuma tentara biasa, ya aku gak mati lah!"
"Kok gitu, ya kamu harus mati dong, jujur kalo mainnn...!"

Wueh, anak kecil segitu tau tentang kejujuran? Hebat bener pendidikannya.

"Emang kamu punya senjata apa? Kok aku bisa mati?", tanya yang pake baju amrik.
"ROKET PANCASILAAA!! DUERR!", jawab yang pake baju merah-putih.

Eh?

Umur segitu tahu bisa bangga sama Pancasila?

Sementara aku yang segede gaban gini, yang tiap hari senin pagi dikuliahi Pendidikan Pancasila cuma bisa teriak-teriak atas nama kelima sila-nya ketika saya melakukan sesuatu yang benar, tapi ditentang.

Calon pemimpin itu emang terdidik dengan cara yang spesial ya?

:D

Selasa, November 08, 2011

Ingat kan kaliaan? :D

Saya mengamati dan terus mengamati beberapa Blog teman-teman, baik yang sudah lama diikuti, juga barusan diikutin, (halo Nungki sama iYan, hehe) kebanyakan dari mereka menyuntikkan konten-konten islami dalam kehiduan mereka dibalik keyboard (masalahnya ini nulis di Blog, sob. Kalo di koran kampus, berarti dibalik pena lah). Saya selalu mencoba mengimplemetasikan nilai-nilai kehidupan islamik yang saya tangkap setiap harinya, tapi yaaa, namanya aja masih belajar, ilmunya masih dikit, meskipun belum setinggi mereka, meskipun sama-sama belajar, takutnya ada yang salah jugak. Diriku begitu isin (halah, "malu" maksudnya) kalo nanti ada salah-salah kata dan pengartian, malah jadi berabe.

Jadi, maaf ya, sob. Buat yang kemaren rekues konten islami, nanti masih dicerna dulu, ilmunya cetek, euy. Mueheheh.  :D

>> Ndik, kenapa buru-buru posting? Ngebet amat, kayak mau ngajak kawin aja...

Eits, bukan gitu, bukan masalah kawinnya, tapi masalah tahunnya nih. Kan saya (halah, bahasamu, Ndik. Biasanya kan pake lu ato gua?) baru-baru ini ulang tahun, iya Alhamdulillah, it's been a hectic, romantic, blissfully, great, colored, cheerful, problematic, practical, egocentric, jumpful, hebring, delicious and delightful years!

Setahun dalam satu lingkaran adalah mati, yang diharapkan adalah kedalaman dari lingkaran tersebut, kan?

Weits, sore ini, iya, ini sore kok. Tanpa sengaja, ketemu lagu yang bikin merinding disko di sela-sela istirahat Ashar.

Gini lagunya : 
Ono tangis kelayung layung, tangise wong kang wedi mati
(Ada tangis meraung-raung, tangisannya orang yang takut mati)
gedongono kuncenono, yen wes mati, mangsa wurungo
(tolong dibungkus dengan kain, tolong dikunci, kalau sudah mati,, waktunya bermurung diri)

ditumpakke kreto jowo, rodane roda menungso
(dinaikkan kereta jawa, rodanya roda manusia)
ditutupi ambyang ambyang, disirami banyune kembang
(ditutupi dengan kain, disirami air bunga)

duh Gusti Allah , Kulo nyuwun pangapuro
(ya Allah, saya minta maaf)
neng sayange wes ora ono guno... 
(tapi sayangnya sudah tidak berguna)
 

Judulnya Kelayung-Layung, maksudnya meraung-raung.
Ini lagunya tentang orang yang takut mati, tapi akhirnya mati.

Rekomendasi dari seorang temen, semoga dirinya juga diingatkan dengan diperdengarkannya lagu ini.

Aamiin.  :D

Sabtu, November 05, 2011

Ngeluh mulu, sob?!

Sekarang hari Sabtu, harinya orang sibuk menghadiahi diri mereka masing-masing sebuah applause, sebuah penghargaan atas kerja keras mereka seminggu ini dengan mengistirahatkan pikiran yang lembut di atas segumpal kasur yang empuk.

Kita selalu mendorong tubuh kita melakukan hal yang melampaui comfort-zone kita. Kata orang, it's good to train you, you could be better in some ways. 

Faktanya, kita melewati sebuah sesi paling menurutkan semangat sepanjang sejarah manusia. Mengeluh.
Sebenarnya, manusia bisa terbang. Buktinya, pesawat tercipta.
Sebenernya, manusia bisa melihat hal paling kecil dari seluruh keunikan tata surya. Buktinya, mikroskop tercipta.
Sebenarnya, manusia bisa melampaui kecepatan hewan. Buktinya, mesin tercipta.
Sebenarnya, manusia bisa menembus langit, menghambur bumi, mengoyak langit, membelah bulan jadi dua, melompat-menggapai langit dan akhirnya mengubur diri sendiri.

Mereka tidak mengeluh, sob!
Mungkin mereka begitu depresi karena hal yang ada tidak sesuai dengan keinginan hasrat mereka. Tapi mereka tidak merengek, menyalahkan siapapun dan apapun (termasuk keadaan dan waktu).

Oke, I have my own image in this. He is Joker.
Ya, apa bagusnya Joker? Dia musuh, orang jahat yang selalu pake alat-alat usil "unthinkable" buat ngalahin Batman.

Dari sisi pandang saya, dia terlihat tidak pernah menyerah.
Culas, licik dan yang paling penting, punya seribu cara menghajar dengan lelucon.
Terlebih, dia selalu ketawa, freakishly-laughing though.

Maybe, he just....need a friend?

Senin, Oktober 31, 2011

Dilema Setengah Halaman

nyawa masih dimata
dengan sebilah cita
menebas setengah
halaman ujianku

sisip yang menyisip
sialnya harus tersisip
meski biduk telah sibuk bergosip
tak ada yang tercetak pada nasib

kecewaku sambil tawaku
karna kadang setengahnya masih
tertinggal, gantungkan aku
ketidakpastian bioteknologi

padahal Pertanian Hemat Energi!
bukannya pertanian tanpa tegangan tinggi
siapa pula orang gila yang
menanam padi dengan listrik?

GM Plant berkibas dengan GM Organism
General Manager-kah?
Gombal Mukiyo-kah?
atau Gundulmu Mlumpat?

iya, iya mungkin yang terakhir.
tapi tidak,

karena suara kedua yang menggoda nurani
nurani paling suci sedunia
ADALAH SETAN!

nasibku, di setengah halaman PIP-ku..

terdengar lecutan dari dalam diri,
"Diracun Sajalah!"

Bagai tikus antik,
dalam gedung antik
warna hijau
disamping kolam renang bundar

tertawa ketika melihat
seorang teman yang lupa nama
menuliskan jawaban cinta atas soal
dengan bangga

-andika yang dilema

Minggu, Oktober 23, 2011

CEPAAT!

"Cepet dong, Bos!"

"Salip kanan aja nih mobil, lambat banget!"

"Ini internet apa nenek gua sih, sob?! LAMBAAAT BANGET."

May all the guidance lie upon you all, fellas.
Amin.

Saya sekarang sedang di tengah jalan tol yang mobilnya sepi, yang motornya pun jarang, yang polisi tidur-nya udah bangun, terus makan di angkringan deket rumah kalian.

Oke, bagian polisi tidur yang jalan sendiri emang agak nakutin, sedangkan kita sering mengharapkan para polisi tidur beneran ketika baru bonceng temen dan kita nggak pake helm.

Aside from the sleeping policeman, we'll talk about speed, sugar.

Setiap manusia bergantung pada sesuatu hal, yang memacu mereka untuk mendapat semuanya. Padahal tangan mereka cuma dua, udah gitu kecil, hampir gak berguna pula, sedangkan kaki mereka juga hampir separuhnya lumpuh. Termakan zaman, terserap asam laktat yang mematikan gerakan tubuh.

Egoisnya, mereka semua kepengen cepet.

Padahal gak semua ditakdirkan untuk cepat, kan? Ibu mengandung selama sembilan bulan sepuluh hari. Wine perlu fermentasi minimal semalam. Air perlu dipanaskan selama 10-15 menit agar mendidih. Proses pengenceran perlu waktu dua menit (minimal - tergantung konsentrasi). Ujian memerlukan waktu dua jam. Sholat juga butuh tuma'ninah.

Bayi yang langsung dilahirkan akan berupa gumulan darah atau kalaupun bisa langsung berbentuk manusia, pasti cacat. Autis-lah minimal.  :p

Wine yang langsung jadi selama 1 detik? Pasti banyak yang teler di pinggir jalan, di trotoar? Dan slogan "Got Milk?" bakal berubah jadi "Got Wine?"

Air? Sungguh sesuatu sekali. Air apaan coba?

Pengenceran? Yang ini masih mungkin sih,  :p

Bayangkan ujian dengan tenggat waktu 1 detik. Penjaga ruangan bakal digantung di ruang ujian. Mayat-mayat pengajar bergelimpangan di fakultas. Rektor bakal sembunyi di gorong-gorong jalanan, ditembaki hingga terluka, diseret keluar, direbut senjatanya yang berlapis emas, kemudian ditembak kepalanya. Bam! Headshot. (Ini ujian apa Perang di Libya?)

Saya diceramahi hingga lemas, hingga pusing, hingga jengah ketika kecil, di Masjid deket rumah. Karena saya telat sholat, tapi ngebut sholatnya. Katanya, after effect "sholat ayam" (karena gayanya mirip kalo ayam matok makanan, cuma 'clep!' udah gitu doang) bisa gak baik buat kesehatan. Bisa bikin impotensi pahala, kanker iman, serangan GALAU dan gangguan jiwa serta hidup di dunia.

Tapi ya, cepat juga gak masalah kok. Buktinya saya sedang internetan di "you-know-where" dan sedang loncat-loncat, akibat dari 1 MB/s.

Sabtu, Oktober 08, 2011

Kala Cinta Menggoda

 Postingan galau malem-malem.
menghibur diri gara-gara mendung geblek yang nutupin langitnya.

--a

Andai ia tahu...  (blush)
========================================================================
Sejak jumpa kita pertama
kulangsung jatuh cinta

Walau kutahu kau ada pemiliknya

Tapi kutak dapat membohongi hati nurani
Kutak dapat menghindari gejolak cinta ini

Reff.
Maka ijinkanlah aku mencintaimu
Atau bolehkan aku sekedar sayang padamu 

Memang serba salah rasanya tertusuk panah cinta

Apalagi aku juga ada pemiliknya 

Tapi kutak dapat membohongi hati nurani
Kutak dapat menghindari gejolak cinta ini

Maka maafkan jikaku mencintaimu
Atau biarkan kumengharap kau sayang padaku

Keseleo

hello folks!

Udah hampir dua mingguan lebih gak megang ini tuts. Tanganku masih keder kalo pegang bolpoin, dari rabu sampe kamis pagi kemaren ngebut buat nulis praktikum biologi. Nulis praktikum biologi itu kayak nulis surat cinta, sob. Yang kalo tiap kali kita salah nulisnya, harus masuk tempat sampah dipojokan kamar.

Bedanya kalo surat cinta butuh feel buat nulis, butuh rasa, butuh cinta. Kalo praktikum, boro-boro cinta, gombal dikit aja mungkin udah dicoret. 

Pokoknya ini laporan praktikum harus pake "tata bahasa indonesia yang baik, benar dan sistematis". Kalo akhir kalimat ya dikasih titik, bukan dikasih upil. Kalo mau bikin klausa penyambung informasi antara satu kalimat dengan lainnya ya harus dipakein kata hubung. Tulisannya pun harus bisa dibaca dan GEDE-GEDE (sori, sob, emang biar berasa, gua nulisnya gede gitu).

Oke, Jum'at kemaren emang jadi medan perang buat para penggembira praktikum.
Temen-temen pada ngapalin buku panduan praktikum, ada yang komat-kamit, ada yang diem tapi matanya muter-muter lirik-lirik ke sana ke mari, ada yang makan, ada yang bingung, terakhir ada yang bengong ngeliatin akhwat.

jangan ditanya, yang bengong itu pasti gua.  :3
jangan ditanyain akhwatnya siapa, ntar dia nengok.  :D
#digaplok

Pintu praktikum dibuka, dengan bermodalkan jas putih ala anak kedokteran kita ngantri d depan pintu, nunggu dipanggil sama asistennya (jadi inget, kayaknya ada yang ngajakin foto pake jas lab di bawah tulisan Fakultas Kedokteran, siapa ya? #wondering).

Oke, setelah masuk, kita pre-test.
Ada sekitar 8 jawaban yang gua gak yakin. Astaghhfirullah. mungkin gara-gara gua dicuci otak lupa belajar waktu nganter temen gua, Ferli, sidang di pengadilan Yogyakarta.
Kalo gak salah, "reaksi apa saja yang terjadi pada fotosintesis" sama "sebutkan tiga hasil dari respirasi".
Dodolnya gua jawab reaksi terang sama reaksi gelap. Secara masih "SMA-minded", gua kira gak belajar aja masih bisa dikejar lah. Ternyata jawabannya salah.
#nangisdarah

Oke, habis menyesali pre-test, langsung percobaan. Kelompok satu (punyaku) langsung dapet percobaan "Mengamati Laju Fotosintesis Hydrilla verticillata".

Kenapa Hydrilla yang dipake? Soalnya kalo tanaman air kan gampang pengamatannya (cuma liatin oksigen terlarut di dalem tabung reaksi doang). Sebetulnya pohon mangga bisa, tapi susah.
Woke, percobaan pertama!
Gua jadi bubble-counter a.k.a tukang ngitungin gelembung.
Noni sama Hans jadi time-keeper.
Asti jadi notulen.
Dodolnya, gelembung yang keluar kecil-kecil, banyaaaaaaaak banget. ASEM!
Tanganku hampir keseleo.

15 menit berlalu, gelembung yang bisa keitung (gak tau deh kelewatan ato kebanyakan) mencapai 3580-an gelembung.

Gua bersyukur, bisa istirahat. Kalo dideket situ ada abang-abang tukang urut, udah gua booking kali.

Senin, September 26, 2011

Abu-Abu Ketilang


     Udah lama gak posting euy, entah kenapa aku bisa kangen sama nih tulisan. Mungkin karena sekarang udah punya temen buat berlomba-lomba nulis bareng. Enak punya temen yang mau usaha ngungkapin isi kepala yang biasanya diumpetin di dalem tudung jaket (kalo dia mah, emang kerudungan beneran).

Sekarang waktunya sibuk PKM. Apa sih itu PKM?

Semacam LKIR buat mahasiswa, dimana semua orang berlomba mengeluarkan impian paling rasional yang mereka punya demi pemberdayaan barang yang masih layak guna hingga jasa.

Kalo yang beginian, mah, belum pernah kecemplung dari waktu SMA. Pol mentok waktu sama Reno dulu, yang buat semacam kewirausahaan kecil-kecilan, (temaku kemaren sih Pengelolaan Bank Sampah Lingkup Daerah) tapi harus kandas di tengah jalan. Alesannya sih gampang, kagak menang doang.  :p

Oiya, update kota. Update kehidupanku selama seminggu ini.

Temenku yang paling ganteng (Kenapa ganteng? Soalnya punya mobil pribadi… #bercanda  :D) kemaren ketilang. Mobilnya si Ferli ini berhenti di lajur kiri. Bukannya “kiri jalan terus”, tapi “ambil kiri, terus diem”. Terang aja ditilang. Tapi dodolnya gua, kagak nyadar kalo kita baru berhenti di lajur kiri dengan riang gembira. 

...terang aja, kukira kita naik motor.

Kan kalo motor mah, diem di lajur kiri, asal mobil bisa lewat, kagak kenapa-napa. Lha ini mobil abu-abu segede gaban, nutupin jalan. Ya jelas diprotes lah.

Abis itu, si Ferli sedikit frustasi, dia langsung ngajakin temen-temen semobil makan di A&W.

Kalo gini, sering-sering ngambek yak?
#ditendang

Sabtu, September 17, 2011

Bintang Langit

Malam ini, setelah menulis postingan sebelum ini, saya masih terjaga. Bukan karena ada yang nemplok di punggung sambil breakdance (apaan tuh Dik?), tapi lebih ke bagaimana saya bisa menepati janji. 


Pokoknya kalo langitnya bagus, kita liat langit bareng ya?
Sudah berlalu hingga tak mampu jam dihitung, menit sempat tertatih dan detik sering mengaduh.

Tapi saya masih belum mengajaknya jalan-jalan hingga tengah malam - saat yang tepat untuk melihat langit dan hamparannya di taman Fakultas ini.

Adakah kesempatan?  :D

Sepi

Sekarang saya di ruangan, yang namanya harus dirahasiakan :D . Sama seorang anak putih. Bukan, bukan gara-gara anaknya mimikri sama lantai atau dia abis minum tipe-X sebotol gede, bukan juga karena dia panuan di sekujur tubuh. Namanya dirahasiakan, yang jelas ada huruf G - I - F di nama panggilannya. (Udah ketebak ya?)

Di ruangan ini saya sibuk jingkrak-jingkrak, download speed yang semakin gila, ini aja temenku terharu. Dia nangis ditempat.

Pengen tahu berapa download speed-nya?

Wait,

Merupakan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, maka kejayaan koneksi, harus DIPERCEPAT!

Alhamdulillah, kan?

Oke, ini cuma efek sampingnya doang. Sebenarnya, aku sama gifi ada di ruangan ini buat ngerjain poster, target cetak hari ini sih. Tapi apa daya, karena keterbatasan ide dan sumber inspirasi (baca : akhwat), kami terpaksa mangkir menunda selesainya poster ini. Menunggu ide dari yang bersangkutan. 

Kan sesuatu (gak tau kapan kata ini mulai booming, mungkin peralihan musim dari Apa-apaan) banget kalo misal posternya udah jadi, sementara yang buat poster udah nangis darah.


Oiya, kayaknya bakal begadang nih,
Wah aku ngajarin anak kecil jadi kalong.  :p




Jumat, September 02, 2011

Alhamdulillah... #tanpa.yah

Liburan Idul Fitri? Mudik? Salam tempel?

Obviuosly, fellas...

Lebaran 1432H ini gak ada sesuatu yang spesial, mengejutkan, excited, memorable atau lovable.

Datar aja kayak kertas HVS baru keluar dari wadahnya. Bener-bener smooth and things work out fine from every side I see it. Just fit it.

Yang hampir jadi berita adalah, bagaimana saya jadi double winner. Bapak dengan bangga cerita, kalau saya bisa melanjutkan studi di universitas. Dengan tawa-nya yang khas, menyebalkan dan dilebih-lebihkan. Terdengar begitu...yah, sombong.

Tapi gak masalah, toh kalo bener-bener membanggakan, ya Alhamdulillah.

Sebenernya, konsentrasi penulisannya bukan bagaimana Idul Fitri ini saya rayakan, tapi bagaimana orang-orang "merayakannya".

Bukan, saya gak menyinggung kalian yang belanja dengan uang orangtua kalian, yang mungkin uangnya akan jauh lebih bermanfaat kalo kalian mendonasikan seper-empat jumlahnya ke badan-badan zakat. Tapi bagaimana orang-orang menyikapi sebuah tren baru...

Tren ini, namanya... "ALHAMDULILLAH, YAH..."

Good, God.
Sampai beberapa ustad yang ngisi pengajian ini juga make "logat" ini. Ada apa dengan hati orang-orang? Apa mungkin mereka begitu terobsesi punya bibir seksi, kulit putih mulus dan suara bening? Kemana perginya tren bibir Tukul, kulit terpanggang matahari (medium or welldone?) dan suara tiap kali kita mandi yang mungkin sesumbang onta arab?

Sampai H+3 lebaran ini, saya gak habis pikir... Apa sih yang udah syahrini lakukan? #fainted

...oke, stay calm, Ndik.

Semua kegilaan ini gak akan lebih buruk dibanding dengan jadwal kuliah pertamamu yang masuk jam 7 pagi.
#berbusa

Postingan gak jelas, tanpa arah, mohon maklum :p

Sabtu, Juni 04, 2011

Topeng? Bukan ah.

Mungkin udah kelamaan gak ditulisin yak, ini Blog. Sampai kalo mau nulis, harus dirayu-rayu dulu. Udah lupa sama tuannya kali.
Saya baru saja pulang dari rapat. Iya, sebuah rapat wirausaha yang seharusnya hari Senin besok sudah survey, bertemu dengan para setan cilik yang kami biasanya sebut murid TK dan SD. Yang biasanya berlompatan di halaman, sambil tereak-tereak dengan lucunya. Yang mungkin ada salah satu diantaranya yang namanya Zafa. Oh, bicara soal Zafa, jadi inget Pak Dokter yang lama gak keliatan, mungkin disimpen sama Bu Dokter di lemari, gak boleh dikeluarin. Takut di embat sama anak orang.
Ouch, a lovey dovey passion.
Saya jadi inget sebuah janji yang saya ucapkan ketika SMP dengan seorang akhwat, tapi sayangnya janjinya lupa-lupa inget, ingatan ini eror mulu sih.
Mungkin kita gak bisa satu sekolah lagi, dimana aku bisa ngeliatin kamu dari jendela kelasku yang guede, tapi setidaknya, handphone memberi kita ruang baru untuk bicara kan? Bisa aja aku njemput kamu dari rumahmu ke sekolahmu, baru lanjut ke sekolahku…”
Tapi dianya malah nangis, Udah to, An…nggak usah dipaksain, udah yaa…”
And the phone was never rang, again.
Jadi saya belum lama ini ngajak ketemu, setelah beberapa hari sebelumnya, di sms, dibalesin juga. Tapi sebenarnya ada sesuatu yang beneran ngganjel.
Kerasa ngganjel, karena saya jadi inget bapak.
Bapak itu dulu (katanya) punya temen cewekingat, cewek lho yak, bukan akhwatbanyak, beliau berkelana dari kenalan yang satu dan lainnya. Sampai akhirnya kepincut sama ibuku, yang waktu itu lagi jagain dagangan di rumah.
World resolved in a weird way. It turns out to be awfully shocking.
Jadi dalam lamunan saya (karena beberapa hari ini kerjaannya belum ada, selain mikirin program-program buat lomba CSL bareng reno, ikka, yuvi, dimas, yazrah sama nizsa, saya kebanyakan ngelamun) malah kepikiran tantangan waktu kuliah besok, maksudku, jodoh udah ada yang ngatur kan?
Jadilah saya agak menjauh, membiarkan dia seneng-seneng dulu deh, toh, jalan hidup kami SMA juga gak jauh beda, pernah disukai, juga beberapa kali menyukai. Meski cinta tak bisa terjadi secepat ngupil, tapi yaaada kemungkinan buat terjadi. Witing tresno jalaran saka kulino.
Semakin kita membiasakan diri untuk menempatkan seseorang di dalam hati, mencoba bertanya dalam pesan singkat (tapi masih ragu-ragu), mengutuk diri karena kalah cepat dengan teman sendiri, menganggap cerita teman sebagai referensi, hingga menggalau di sajadah kumal atau masjid sekolah, dalam doa, hingga malaikat selalu komplain pada Tuhan.
“Ya Allah, isinya hati orang ini selain galau apa sih?”
Karena pacaran pada dasarnya bukan untuk menyakiti hati orang lain. Dan saya sendiri masih kurang peka. Yaa, takut-takut aja, toh selama ini hidup saya kayak jalan di trampolin. Kadang melonjak, lalu hilang tiba-tiba. Tapi kan, tetep, yang lompat-lompat selalu gembira, bukan? :D
Sampai ada seseorang yang kebingungannya memuncak, mendekati saya lalu mengeluarkan statement, “Ndik, kok kowe biasa wae sih? Kan koe sakajane sedih?”
Opo gunane sedih? Toh hidup cuma sekali, sedih ki mung menghilangkan waktu produktif. Soale gak ada untungnya
Karena sedih itu pasti memaksa tubuh untuk jatuh, untuk terdiam. Dan karena diam terkadang mematikan. Saya memilih untuk menghibur diri saya sendiri, agar orang lain bisa saya hibur.
Sampai suatu siang, ada yang teriak, “Kok jalanmu aneh sih? Lompat-lompat gitu?”
:D

Ibaratnya, riasan muka badut, pasti orang tersenyum. Jarang ada riasan badut kok mewek. Nanti gak laku, dong.


Setelah lama tak mengecupkan tangan ke keyboard,
Yogyakarta, 4 Juni 2011

Sabtu, April 23, 2011

Newborn Spirit

Dalam beberapa hari terakhir ini beberapa hal seperti bercipratan ke muka.
UNAS.
Kerja rodi.
Digigit tikus.

Tapi yang paling berkesan adalah sebuah cerita tentang seorang teman saya, yang sangat menyenangkan, namun di saat yang sama sering melecehkan dengan melemparkan tamparan khas-nya ke pipi.
Orang ini pria tulen, terakhir kali pipis sih masuk toilet cowok. Rambutnya keriting gak jelas, mungkin kalo ada kutu loncat gak sengaja masuk ke gumpalan rambutnya, dia bisa tersesat dan hilang arah.
Orang ini sangat inspiratif, setiap kata-katanya kadang-kadang nggak mutu dan masuk akal. It feels weird sometimes, having him hanging around, slapping everyone's cheeks all the time. but it feels like we were cared.

the last time I spoke to intensely was before this UNAS.
He was really afraid of going through all this educating and highschool shit. All he cared about was math and physics. And I was a bit carried on with his power too.

Oh, yeah, belum kukasih tahu "the best part of his, yak? Caranya mempengaruhi orang, selalu menakjubkan mata saya. Konsolidasi yang ia lafalkan seperti air tanpa sumber, mengalir deras sekali, saking derasnya, kau bingung tentang apa yang harus kau lakukan kemudian kau memutuskan mengambil sebuah pilihan terburuk, mengikutinya.

Dia pesimis sekali, sampai-sampai meyakinkan saya untuk ikut TOEFL bersama. "Aku mung pengen due kanca, Ndik"
"Aku ki tinggal mbok ajak wae, mlaku og. Selama tidak bertentangan dengan agama dan kebaikan."
"Sip, Ndik. berarti sesuk mbolos bedah SKL"
Aku tertawa, sungguh, bedah SKL di SMA kami menuntut ilmu sangat tidak jelas, cenderung ke arah kegiatan pengisi waktu luang malah.

Esoknya kami menjalani tes TOEFL, diungkapnya segala kegundahan hatinya mengenai SNMPTN dan tetek bengeknya. tapi jelas, yang paling membuat saya was-was adalah kondisi dirinya. Kalopun dia stress, dia bisa saja berpuas diri dengan menabrakkan mobilnya (oiya, kami jalan-jalan naik mobil, yang nyetir ya temenku ini) lalu keluar mobil sambil tertawa keras, bukan? Tapi jelas, pada hari itu saya tidak mempunyai rencana untuk mengakhiri kehidupan.

"Piye mau?", tanyaku mantap
"Listening sama structure ku berpusing ria semua, Ndik!"
"Sabar wae, optimis ngono lho"
"Oh yo, koyo koe to?"
"Ahahaha"

Setelah itu, kuantarkan ia tes di UII, ia mengambil tes CBT jurusan Ekonomi Internasional.
Selagi dia tes, saya menunggu di luar. mendengarkan lagu, radio, apapun yang bersuara.

Eh, tiba-tiba ada malaikat naik Skywave lewat.
"Vio!!"
"Hlo? Andik? Kamu ngapain di sini?"
"Nganter tes CBT cah kriwil, pasanganmu mbiyen."
"Owalah, Adhikatama?"
"Iyo"
"Hla koe ra melu?"
"Ngko tambah cerak karo koe?", godaku.
"Ora ro ifa?"
"Halah, eh, ngopoe? Sponsorship buku tahunan?"
"Yep, bener banget. Nangndi yo?"
"Hamboh, coba takon satpam"
"Okeee, udah yaa. Duluan"
"Yoh, ati-ati."

Sejam kemudian teman saya ini keluar, mukanya lembpeng, tapi perkataannya mantap.
"Ndik, aku ketompo!"
"Alhamdulillah!"

P.S : eh, TOEFL ku naik jadi 553 lho! \m/