Minggu, Februari 17, 2013

Terawang #1

Terkadang saya mengandaikan hidup, sesimpel jawaban "Yuk!" pada pertanyaan "Makan yuk?" dan seindah jawaban "Terserah" pada pertanyaan "Makan apa?"
:D

Sabtu, Februari 16, 2013

Konslet

Yang bisa manusia lakukan hanya jujur, jujur agar dimengerti, dipahami dan diperlakukan selayaknya manusia. Kalau sudah menipu, bohong gitu...apa yang bisa diharapkan?
-Anonim

Beberapa waktu ini, saya sering sekali konslet.

Antara yang ditanamkan di otak, dengan yang dilakukan oleh fisik seperti terputus. tersambungkan dengan gerakan magis, melewati pintu teleportasi pada sambungan lain.

Suatu malam, saya mendebat diri saya sendiri. Diri lelaguan semangat yang dibunyikan saat "meditasi" dalam game Perfect World, ribut-ribut televisi setelah tengah malam dan rintik hujan yang merambat-rambat masuk untuk menikam telinga dengan anggun. Saya duduk, sendiri.

Tentu saja.

Saya belum beristri. Belum ada orang yang menyeduh kopi atau teh di pagi hari kemudian mengipaskan-ngipaskan wanginya, membuatnya asapnya hinggap di hidung, berkicau-kicau kecil. Kemudian memastikan nyawaku ditiupkan kembali ke dunia dengan senyumnya yang merekah, mengalahkan merekahnya kebun tulip di Belanda, apalagi merekahnya bunga teh di Pagilaran. Lalu dengan hati-hati menidurkan kepalanya di dada, menguatkan harum yang samar-samar tercium, yang mengintip lewat sela-sela kerudung yang dikenakannya saat menaklukkan dunia.

Di saat pagi, saya terasa seperti orang paling melankolis di dunia. Inginnya hanya menangis di sela-sela sujud.

...kembali pada pertapaan saya.

Saya mulai lepas kendali, selalu aja ada yang membuat tubuh saya lalai mengontrol raga sendiri.
Kemarin saya sempat kecelakaan, beberapa saat yang lalu jatuh dari motor, beberapa kecelakaan kecil trus menghantui...
Terkadang saya mengandaikan, adakah malaikat yang mengintip dari jauh sana? Mengira-ngira saat yang tepat untuk memberikan tiket menonton dunia?

Sarap.

Ini  udah ngelantur, ngomongnya nakutin lagi. *nampar pipi*

Jujur, saya jadi sering banget ngaret. Ada dia yang selalu (bahkan mungkin sudah lelah sampai bosan) mengingatkan, menaruh harapan tinggi, memaksa, sampai melakukan berbagai cara untuk membuat saya kembali pada track yang benar, dan dia tidak pernah menyerah sedetik pun.
Seseorang yang menjadi panutan saya selama di kampus. Matahari kedua di siang hari.

...dan saya terlelap...

Sambil berharap untuk selalu diberikan mimpi yang menghibur dan kenyataan yang mengindahkan hati. Selamanya.