Sabtu, Maret 21, 2009

I'M BACK TO WRITE AGAIN..told you so..

Well,
Quw masih idup dan bernafas dengan bantuan botol aqua..(nyambung kemana euy?)
Gua belon dan tidak akan mati dulu sebelum Quw dapet 100 di ulangan Fisika.
Masih belom ada yang nemuin batu nisan Quw kan? That’s a relief..fuhh..
Quw nyempetin ke warnet buat posting karena emang ada yang nyuruh posting..well, selama ini Quw ngalamin hiatus. Saat dimana orang tersebut bener-bener gak pengen diganggu dan bener-bener senep sama nulis..sialnya, Quw keterusan, dan parahnya sampe sekarang juga...emmm...gak krasa. So back again.
Rutinitas Quw masih sama, masih suka rapat. Yahh, kalo gak rapat, bisa dianggap gak normal di SMA Teladan. Teladan identik dengan RAPAT. Kayak cara nutup obat, tutuplah obat dengan RAPAT. Asem.
Well, the good thing is..I’ll be back..ahahaha...aduh keselek biji duren...
Gimana kalo Quw jadi serius?? That’s a big question mark you have, Kalo Quw jadi serius..ya gini..

" Waktu berjalan seolah tak pernah mengenal waktu itu sendiri. Kadang kita merasa, waktu cukup lambat untuk menjadi cepat, dan cukup cepat untuk menjadi lambat. Kita tak mengenal waktu. Atau para leluhur kita memang tidak berniat untuk mengenalkannya pada kita. Bahkan waktu bagai sesuatu yang merajam kita di pundak kita. Sakit bukan? Menusuk-nusuk kita perlahan, namun targetnya sudah diprogram secara pasti untuk membunuh kita. Kapanpun. Tiap-tiap luka yang ia torehkan adalah kejahatan dalam hati kita masing-masing. Kejahatan waktu. Atau apapun itu namanya. Kita takkan pernah menang bertanding dengan waktu, kecuali jika hidup ini layaknya Heroes dimana terdapat sang Hiro Nakamura, si penembus waktu.
Kita sebenanarnya hidup di dunia mimpi. Tanpa tahu kelanjutan dari mimpi itu sendiri. Apa itu mimpi, dan beberapa pertanyaan konyol lain seputar mimpi, relativitas, kehidupan, kenyataan dan makan siang kurang bergizi yang biasa kita makan. Dan mungkin, dengan bepikir tentang itu terlalu jauh, cukup tepat dan tajam untuk langsung membunuh kita dalam hitungan tahun. Kecuali, jika dia adalah jelmaan siluman universitas dengan kacamata setebal buku-buku perpustakaan mengenai teori-teori lanjutan. Yah, apapun itu. Tapi percayalah, orang-orang seperti mereka bukanlah generasi kutubuku yang tidak percaya akan mimpi. Mereka mempercayai mimpi mereka. Ya, sebagai kutubuku itu tadi.
Kita memang tidak pernah menjadi terlalu bijak. Orang bijak hanya muncul sekali dalam diri kita. Menceritakan mimpi-mimpi yang dia peroleh dari setetes embun yang dia temukan pada suatu pagi dengan matahari di ufuk timur. Indahnya nyanyian angin yang berhembus dari seluk batang-batang pohon dan daun-daun yang sibuk menampung tiap-tiap embun yang jatuh. Juga kicauan burung-burung yang suaranya selembut kasih sayang seorang ibu. Hangatnya mentari msngingatkanku akan masa ketika kita masih terpeluk mesra diantara tangan-tangan ibu. Tangan itu hangat. Entah kenapa, melebihi hangatnya heater yang melindungiku dari hujaman udara musim dingin yang mencekram tubuhku erat. Ibu, tokoh yang paling berperan dalam sandiwara hidup kita di dunia. Mimpi para ibu itu hanyalah melihat kita untuk tetap berlari menggapai sesuatu yang indah di pucuk pagi. Harapan itu, ada. Mimpi yang mereka panjatkan dalam doa dan tangis di malam-malam itu pasti tercapai, hanya saja tinggal kita yang akan menggapainya atau tidak. Dan untuk sekarang, aku lebih baik membiarkan mimpi itu untuk menari-nari indah bersama tiap-tiap mimpi baru yang berada di tempat yang nun jauh di sana. Aku masih mempunyai urusan yang belum aku selesaikan dalam kepastian mata, hati, jiwa dan ragaku."

Aneh kan?? so, jangan harapkan andika yang gila ini menulis seperti itu lagi...I'm kepepet with that...