Sabtu, April 23, 2011

Newborn Spirit

Dalam beberapa hari terakhir ini beberapa hal seperti bercipratan ke muka.
UNAS.
Kerja rodi.
Digigit tikus.

Tapi yang paling berkesan adalah sebuah cerita tentang seorang teman saya, yang sangat menyenangkan, namun di saat yang sama sering melecehkan dengan melemparkan tamparan khas-nya ke pipi.
Orang ini pria tulen, terakhir kali pipis sih masuk toilet cowok. Rambutnya keriting gak jelas, mungkin kalo ada kutu loncat gak sengaja masuk ke gumpalan rambutnya, dia bisa tersesat dan hilang arah.
Orang ini sangat inspiratif, setiap kata-katanya kadang-kadang nggak mutu dan masuk akal. It feels weird sometimes, having him hanging around, slapping everyone's cheeks all the time. but it feels like we were cared.

the last time I spoke to intensely was before this UNAS.
He was really afraid of going through all this educating and highschool shit. All he cared about was math and physics. And I was a bit carried on with his power too.

Oh, yeah, belum kukasih tahu "the best part of his, yak? Caranya mempengaruhi orang, selalu menakjubkan mata saya. Konsolidasi yang ia lafalkan seperti air tanpa sumber, mengalir deras sekali, saking derasnya, kau bingung tentang apa yang harus kau lakukan kemudian kau memutuskan mengambil sebuah pilihan terburuk, mengikutinya.

Dia pesimis sekali, sampai-sampai meyakinkan saya untuk ikut TOEFL bersama. "Aku mung pengen due kanca, Ndik"
"Aku ki tinggal mbok ajak wae, mlaku og. Selama tidak bertentangan dengan agama dan kebaikan."
"Sip, Ndik. berarti sesuk mbolos bedah SKL"
Aku tertawa, sungguh, bedah SKL di SMA kami menuntut ilmu sangat tidak jelas, cenderung ke arah kegiatan pengisi waktu luang malah.

Esoknya kami menjalani tes TOEFL, diungkapnya segala kegundahan hatinya mengenai SNMPTN dan tetek bengeknya. tapi jelas, yang paling membuat saya was-was adalah kondisi dirinya. Kalopun dia stress, dia bisa saja berpuas diri dengan menabrakkan mobilnya (oiya, kami jalan-jalan naik mobil, yang nyetir ya temenku ini) lalu keluar mobil sambil tertawa keras, bukan? Tapi jelas, pada hari itu saya tidak mempunyai rencana untuk mengakhiri kehidupan.

"Piye mau?", tanyaku mantap
"Listening sama structure ku berpusing ria semua, Ndik!"
"Sabar wae, optimis ngono lho"
"Oh yo, koyo koe to?"
"Ahahaha"

Setelah itu, kuantarkan ia tes di UII, ia mengambil tes CBT jurusan Ekonomi Internasional.
Selagi dia tes, saya menunggu di luar. mendengarkan lagu, radio, apapun yang bersuara.

Eh, tiba-tiba ada malaikat naik Skywave lewat.
"Vio!!"
"Hlo? Andik? Kamu ngapain di sini?"
"Nganter tes CBT cah kriwil, pasanganmu mbiyen."
"Owalah, Adhikatama?"
"Iyo"
"Hla koe ra melu?"
"Ngko tambah cerak karo koe?", godaku.
"Ora ro ifa?"
"Halah, eh, ngopoe? Sponsorship buku tahunan?"
"Yep, bener banget. Nangndi yo?"
"Hamboh, coba takon satpam"
"Okeee, udah yaa. Duluan"
"Yoh, ati-ati."

Sejam kemudian teman saya ini keluar, mukanya lembpeng, tapi perkataannya mantap.
"Ndik, aku ketompo!"
"Alhamdulillah!"

P.S : eh, TOEFL ku naik jadi 553 lho! \m/