“Dul, tangi, Dul! Ayo
shalat!”
Namaku bukan Abdul, apalagi Dullah. Hanya saja,
temanku ini sangat suka sekali memanggilku demikian.
Ketika kubuka mata, tampaklah sosoknya yang
tegap, bermata jernih, dan berkacamata sedang mengayun-ayunkan sarung di
samping dipan tempat tidur. Seringkali ia kibaskan sarung tersebut ke kakiku, menjalarkan
rasa sakit yang mendadak yang mengirimkan sinyal untuk segera beringsut bangun.
Ajaib. Aku terbangun tanpa komando lebih
lanjut, mengarahkan kaki ke kamar mandi yang tak begitu jauh dari kamar. Kamar mandi
tersebut memiliki keran yang sering terseok-seok mengeluarkan air, ia sering
menertawakannya.
Kami langsung menuju balkon, memakai sarung dan
menggelar sajadah, sambil sesekali melihat langgar depan kosan yang cukup riuh,
namun sebagian besar berisi ibu-ibu.
“Dik, ayo.”
Rutinitas Shubuh kami selalu sama, yang menjadi
imam biasanya masih bersuara parau, sedangkan makmumnya sedikit manggut-manggut
menahan kantuk yang masih melanda. Terkadang, bahkan si makmum lupa mengamini
setelah Al Fatihah selesai dibacakan.
Seusai shalat kami kembali ke kamar, kamar yang
cukup pengap lantaran langit-langit kamar hanya selisih dua-tiga jengkal
tanganku sendiri. Temanku ini biasanya langsung mengambil posisi di
peraduannya, menutupi badannya sendiri dengan sleeping bag, lalu kembali lelap hingga pukul enam.
Aku yang biasanya langsung merebah di
sebelahnya, saat itu memilih menghidupkan laptop, menonton cuplikan-cuplikan
tayangan hiburan berisikan member AKB48. Kupilih asal dari folder, lalu
kumainkan. Ternyata isinya adalah beberapa member terpilih dari single ‘Kibouteki
Refrain’ yang dibohongi bahwa General Manager mereka terlibat kasus.
Sesekali kuintip keadaan temanku ini, tangannya
menepuk tembok, mengelupas lapisan cat dindng yang sudah terlihat tua. Mulutnya
kadang mengecap-ngecap, entah apa. Ia seringkali tersenyum tipis dalam
tidurnya.
Kuberitahu mengenai temanku ini. Ia adalah satu
dari sekian banyak orang yang kukenal, yang juga menyukai jejepangan. Selain
jejepangan, ia juga menyukai sepak bola. Tim favoritnya berlaga di divisi
primer liga inggris, ciri khasnya adalah meriam. Temanku ini sangat fokus. Determinasinya
akan suatu hal sangat hebat, sampai-sampai yang lain dibuat kepalangan olehnya.
Apabila pikirannya sudah terfokus pada suatu hal yang masih dalam jangkauannya,
ia akan berusaha sekeras mungkin menjalankannya. Ia, menurut paramater yang
kubuat sendiri, termasuk salah satu orang saleh yang tertib menjalankan ibadah.
Di saat aku setengah terlelap sambil memeluk laptop, ia menyempatkan lima menit
waktunya untuk shalat malam. Menjalankan amanah almarhum ayah, katanya. Determinasi
tersebut juga tercermin dalam kesehariannya yang lain, saat ia bekerja, saat
merakit gundam, meramu subtitel karaoke MV dari video-video musik 48 Group,
hingga hal-hal yang remeh temeh seperti kebersihan kamar kosan. Dari
kemantapannya itulah ia mendapat banyak teman, dari saat nonton bareng laga
pertandingan tim favoritnya, maupun perkenalan tidak sengaja dengan pecinta
jejepangan di tempat kami Kerja Lapangan.
Namun, layaknya bola yang bundar, yang
terkadang tak bisa ditebak pergerakannya, ia juga sering melakukan blunder. Ia
termasuk yang bangun paling siang jika liburan kantor tiba. Apabila kemalasannya
sedang memuncak, ia bisa dengan lihai meracik Sarimi duo goreng tanpa memasak
mi terlebih dahulu. Ia juga cengengesan, terkadang apa yang dikatakannya
termasuk nonsense, tapi orang-orang tertawa dibuatnya. Terkadang, ia juga
meninggalkan laptop dalam kondisi menyala ketika tertidur, seperti yang
kulakukan. Ia termasuk barisan tukang tidur di kelas, sekaligus tukang kucing-kucingan
baca komik ketika kuliah berlangsung. Saat sedang kosong kerjaan, ia cukup
sering ditemui dalam keadaan tertidur pulas di dalam ruangan kantor.
Meski demikian, ia telah mengenalkanku akan
banyak hal. Ia cukup sering memperbarui daftar anime yang ia tonton, banyak
adek angkatan yang sering meminta anime kepadanya. Ia menunjukkanku
tempat-tempat sewa komik murah di dekat kawasan kampus. Kami sering bertukar informasi
mengenai gundam, cara-cara merakit, kiat merakit bootleg, kiat mengecat ulang,
membuat diorama, yang tiada diantaranya yang pernah kami lakukan bersama. Diskusi
diantara kami mengenai hal-hal berbau gundam maupun jejepangan terkadang cukup
sengit, rentetan informasi yang ia beberkan kadang ligat, tajam, dan cepat
bagai senapan mesin.
Beberapa hal yang diajarkannya dan masih
membekas dalam hatiku adalah pengetahuan mengenai 48 Group. Ia adalah sumber
informasi atau kamus berjalan mengenai apapun itu yang berkenaan dalam 48
Group, mulai AKB48, SKE48, NMB48, HKT48, hingga SNH48 dan JKT48, berikut rival
resmi 48 Group, Nogizaka46. Ia tahu dan paham perkembangan semua subunitnya,
mulai No Sleeve, Not Yet, No Name, French Kiss, AnRiRe, BKA48, TentoumuChu, dan
lainnya. Kami berdua menyukai dan mengagumi subunit yang sama, yaitu
Watarirouka Hashiritai 7, alasannya karena di dalamnya terdapat Kami Oshi-nya,
Aika Ota a.k.a Love-tan, sedangkan aku mendukung Watanabe Mayu a.k.a Mayuyu.
Sering aku mengganggunya, menanyakan hal-hal yang tidak penting seperti, “Iki sopo, Nes?” “Kui sopo, Nes?” “Iki
single kepiro, Nes?” “Ngopo koe ora seneng JKT48, Nes?” hingga pertanyaan
sangat bermutu seperti, “Gimana nasib Mayuyu sebagai Ace? Bisa gak dia menggantikan
Oshima Yuko?” “Member tipe variety sing menyaingi Sasshi sopo, Nes?” “Perkembangan
Okada Nana kok iso melejit yo?” “Dasar’e member iki didorong seko manajemen
48 Group ki opo to, Nes? Kan mesakne member tuwo…” dan lainnya.
Tapi Allah telah menunjukkanmu jalan yang lain.
Mungkin istananya di sana sudah siap dihuni.
Mungkin ia sudah disiapkan terompah emas oleh
Allah.
Ia adalah Aditya Hanes Intanto.
Teman karibku selama beberapa tahun perkuliahan
ini. Teman yang kusayang, yang seringnya kurepotkan dalam banyak hal.
Nes, aku isih krungu
lehmu nge-chant Arsenal karo nge-wotagei…
….Oi! Oi! Oi! Oi! Oi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar